Selasa, 01 Mei 2012

Ujung Jalan


Di penghujung malam
Terpampang wajah ayu namun kelam
Sinar mata meredup
Hampir tak sanggup

Menatap kosong ruas jalan
Dia tersenyum
Dalam heningnya, dia berkata
Wahai jalan, kau terlihat berpangkal dan berujung
Angin menerbangkan suaranya
Terasakah dia,
Berlari kencang,mengejar sang suara
Memacu diri seperti kuda balap
Terhenti
Dan senyap menghampiri
Mata,apakah kau berdusta

Dia terus berderai air mata
Menggigit bibir dan bergumam ,menyesal
Aku tahu kau memang berpangkal namun tak berujung

Hidup,,
Itukah hidupku,,
Itukah matiku..

Ingat waktu itu
Dengar jeritan bayi mungil
Kurasakan menginjak pangkal jalan

Merindu ujung jalan
Merasa terbang
Bermimpi, berAsa
Dan mengepakan sayap-sayap persembahan

Terduduk,, terdiam
Seperti patung bisu melambang ketidakmampuan
Seperti lukisan kelu
Tak bernyanyi namun berarti

PenaMu terus menari
Kitari roda cakra alam
Lingkupi semua mata panah nan tajam


Tersipu,,termalu,,
Tetap tak menyentuh dasaran
Tetap mengambang
Namun kulihat ruas jalan

Seperti antara siang dan malam
Sinarnya terang diujung
Disana wanita itu tersentak,,
Kembali

Bagai membela diri dan hati
Dia tetap berujar
Mata , apa ini ulahmu lagi

Menatap kerlingan cahaya
Menangkap aura positif
Kerlingan itu bagai petir
Menggelegar..
Akulah sang ujung

Mulai renta dia tertatih
Sayapnya mulai rapuh
Kembali,,
Wanita berprasangka
Mata pembohong

Tak kunjung temukan ujung
Tak jua hilangnya lara
Wanita terus berlari
Berairmata darah
Menganak sungai musi merah

Dan,,
Rasakanlah,,, dasaran
Tak lagi mengambang
Tergeletak,,

Tercium harum surga
Terpana sinar kentara
Wanita terus berAsa
Duhai Tuhan 
Inikah ujung jalan

-Nisa Abroro-
Read More.. Read More..

Rp.17.600,- Pengorbanan Sang Ayah


Senja berlari begitu cepat mengejar petang, angin ini memang bukan sembarang angin, hari ini angin sangat bersahabat . sejuknya sangat terasa di tengah panasnya ruang tanpa AC yang berkotak kotak ini. Kotak? Ya ruangan ini memang banyak biliknya,aku yakin kalian juga tahu ini bilik apa. Aku didalam bilik menghadapi computer yang menyilaukan mata,duduk dikursi lumayan empuk dan tanganku memegang mouse yang halus sambil jariku menggelitik kursor. Klik,,, klik,,, klik,,, itulah bunyi yang kudengar yang memecah keheningan warnet diantara puluhan warnet ditlogosari.
Masih kuamati keadaan ngeri disekelilingku.Mirip kuburan yang sangat sunyi , kalau biasanya suara jangkrik, tapi disini suara mesin dan suara ketikan keyboard beradu. Dalam imajinasiku masih saja berputar-putar dalam buaianya. Gambar-gambar silih berganti, BIDAM menghujaniku. Hm,, “Bidam” adalah salah satu tokoh dari drama korea “The Great Queen Seondeok”  yang sekarang sedang digandrungi para remaj bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak. Dan Bidam adalah pemain yang sekarang jadi incaran para remaja putrid, termasuk aku ( heheu ^^). Tanganku masih saja mengklik gambar-gambar nya yang memenuhi monitor. Mbak penjaga warnet nan gemuk, berambut keriting yang seram namun ternyata baik hati itu, masih saja duduk mengamati dan menghitung laba di meja operator .
Setan apa yang membuatku tak berhenti download semua picture Bidam. Sampai penuh sesak wajahnya menbuat sempit pikiranku namun masih saja dalam lamunan suatu saat aku akan bertemu denganya di korea. Senja telah ditelan petang, suasana makin mencekam saja, tiba-tiba,,, terhempas dari lamunanku. Wajah seram , berkumis brewokan, rambut kriting kepalanya  hampir botak sempat terlintas dalam pikiranku paras bapak-bapak ini mirip penjaga perpusatakaan wilayah jawa tengah yang killer dan menyebalkan itu. Bapak brewokan tadi datang menghampiriku sambil tergopoh-gopoh membawa anaknya mengantarkan  suasana makin mencekam, tampang actor antagonis itu memandangku dan mengagetkanku dari mulutnya yang juga seram itu mulai terbuka.
“ mbak , tolong mbak, tolong carikan kisah para nabi”
Aku yang saat itu masih memegang mouse dan mendadak berdiri karena canggung dan melongo. Siapa yang tidak heran kalau skenarionya jadi seperti ini. Bukankah tadi suasananya sangat menegangkan. Aku masih berpikir-pikir bertanya-tanya memandang bapak brewokan itu. Belum sempat aku menjawab , bapak itu berujar kembali “ biar nanti saya yang bayar”. Oh Tuhan, aku sangat terpana ketika bapak brewokan nan seram itu mau membayar ongkos browsingku. Aku langsung duduk kembali dengan menenangkan diri, sambil menyingkam rokku dan membenarkan posisi duduk, aku mempersilakan bapak beserta anak tersebut duduk disampingku. Suasana diwarnet berubah seketika, wow aku jadi pusat perhatian, Mbak penjaga warnet menatapku lembut dan tersenyum, sedang orang-orang dibalik bilik lain sama menonton adegan aneh ini. Mulailah aku menggerakkan lagi mouse mungil ini, sambil menutup semua gambar “Bidam” karena aku merasa malu. Aku menanyakan pertanyaan singkat
“ Cerita Nabi? Maksud bapak kisah para nabi? Cerita Nabi siapa Pak?”
Beliau memandangku dengan sejuk, dengan cepat menoleh memandang wajah anaknya yang tampan tapi malu-malu itu. Sorotan mata bapa itu penuh kasih sayang, sesayang beliau terhadap anaknya , dengan masih meragu dan bimbang bapak itu menjawab, kisah nabi Nuh dan Nabi Ibrahim yang dicari.
Kalian tahu apa yang sedang aku pikirkan wkatu itu? Aku hanya termangu merenung sejenak dan sedikit menyindir diri sendiri. Apa yang sulit dari browsing mencari cerita kisah para nabi, apalagi nabi Nuh dan NAbi Ibrahim, tinggal pandang monitor mainkan mouse sedikit geser kekanan kiri. Dan klick “ search” pastilah muncul banyak informasi tentang Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim dengan berbagai format dan berbagai macam versi. Aku hanya menduga-duga apakah bapak ini tidak bisa menggunakan internet?. Agh lamunanku makin ngawur dan berprasangka buruk saja. Sejurus kemudian aku menampilkan monitor yang sudah penuh dengan huruf yang merangkai kata hingga menjadi kalimat dan terbentuklah cerita nabi Nuh . Kalimat panjang berurutan dalam format PDF, ternyata mencapai 7 halaman. Aku ambil mouse kembali, sekarang beralih mencari cerita nabi Ibrahim. Cerita nabi Ibrahim lebih kompleks dan mencapai hampir  15 halaman. Mataku melotot tak habis pikir, bapak itu memandangku seperti penuh harap dan belas kasihan.
“ mbak tolong ini nanti diprintkan ya?” nanti saya bayar koQ”
Aku yang waktu itu masih terheran- heran dan kebingungan karena moment langka ini, seketika menghampiri mbak gemuk sang operator, melapor seperti menyelesaikan tugas dan menlanjutkan tugas berikutnya untuk mencetak file cerita nabi Nuh dan nabi Ibrahim itu. Dalam hati aku masih berkalkulasi, berhitung rugi laba seperti bakul dan bergumam,yang benar saja warnet yang aku kunjungi ini jika akan ngeprint mahal harganya. Bagaimana tidak mahal, perlembarnya Rp.800,00 , sedangkan diwarnet lain Rp.500.00. selisih Rp.300.00 itu selisih yang tidak sedikit bukan, dan aku mulai pelit membandingkan harga dengan rental yang tak jauh dari warnet ini. Di rental yang aku maksud itu perlembarnya hanya Rp. 200.00 oh My God,,, ayo kita mulai berhitung:
7+15= 22
22 x 800 = 17600
22 x 500 = 11000
22 x 200 =   4400
Bayangpun,, eh maksudku bayangkan,, murah yang di tempat rental bukan. Aku mengerutkan dahi karena capek menghitung akibat kepelitanku. Bapak itu merasa tidak berkeberatan untuk membayar uang sejumlah Rp.17.600.00 hanya untuk biaya print, aku rasa bapak itu orang yang mampu dan tidak perhitungan seperti aku. Sambil menunggu mesin cetak itu selesai ngeprint, bapak itu duduk di bilik seberang bersama anaknya. Bapak itu mondar-mondir gelisah, namun aku tidak tahu pasti apa yang menjadi kegelisahanya.
Aku kembali berimajinasi dalam lamunan Bidam. Terus download gambarnya,ketika aku mendongakkan kepala untuk mengecek keadaan bapak tadi, aku terkaget ( lagi ) melihat bapak itu membawa teh botol dihadapanku sambil mempersilakan aku untuk meminumnya. Entah kenapa sepertinya ku terlalu girang, aku berdiri seraya mengucap terimakasih menunduk seperti orang Jepang yang berkata “ haik” sambil membungkukan tubuhnya. Bapak itupun tersenyum dan kembali bersama anaknya duduk diseberang sambil meminum teh botol yang sama. Alhamdulillah minuman gratis datang dari langit, tahu saja bapak ini kalau aku haus.
Detik berganti menit berganti jam, akhirnya proses print tuntas selesai. Bapak itu membayar ongkos print dan teh botol, kemudian mendatangiku kembali sambil menggandeng anaknya dan menyungging senyum sangat ramah.
“ mari mbak, terimakasih banyak”. Oh tidak lagi-lagi reflex itu datang, aku berdiri dan membungkukkan badan lagi . dengan penuh girang dan seperti punya beban hutang kepada bapak itu, aku berucap “ terima kasih kembali Pak”
***********
Burung berkicau merdu membanggunkan ibuku yang tertidur lelap, dan akhirnya ibuku yang sangat cantik berganti membangunkan aku. Burung, aku rasa kalian bangun kepagian, sehingga ibuku buru-buru membangunkan aku. Atau mungkin aku yang merasa malas untuk bangun tidur. Setelah kurapikan diriku, hari ini aku telah berjanji pada adikku untuk mengantarkannya mengikuti pentas tahunan disekolahnya. Maklum, ayah dan ibuku tidak bisa mengantar karena sibuk bekerja, jadi aku dengan sukarela dan senang hati untuk menjadi pendamping adikku. Adikku masih kelas 4 SD,namanya Bintang.  bakatnya dalam hal baca puisi telah  membuat gururunya terkesima . sehingga terpilihlah dia untuk menjadi pembaca puisi di pentas seni itu.
Aku duduk dibangku dua deret dari depan, suatu kebanggan tersendiri aku bisa duduk bersama wali murid dari siswa –siswa yang berprestasi. Aku lihat keadaan sekelilingku, seperti biasa mata yang menjadi anugrah teridah dari Tuhan ini, harus aku manfaatkan semaksimal mungkin. Ku kitari pandangan setengah melingkar, mengobservasi dekorasi panggung. Panggungnya tak begitu besar, mungkin hanya seukuran satu kelas yang dihuni 40siswa. Namun dekorasinya sangat luar biasa. Ada pot bunga berjajar indah mengitari panggung. Karpet merah adalah karpet yang dipilih sebagai landasan panggung, backgroundnya didominasi warna hijau, dan kuning, warna huruf yang terpampang juga berwarna merah agar match dengan karpetnya. Disitu tertulis “ Karya Anak Bangsa, Pentas Seni Tahunan SD Tlogosari Kulon 05”. Aku palingkan wajahku kekiri, sebagian ibu-ibu sedang mendandani anak-anaknya yang akan tampil untuk menarikan tarian kuda lumping , kemudian aku alihkan wajahku kekanan ada wali murid yang sedang menenangkan anaknya karena demam panggung. Aku berdiri,naluri fotografiku kambuh. Aku mulai berjalan-jalan sendirian, ya sendirian tidak bersama adikku, karena Bintang sedang diceramahi oleh gurunya, maksudku semacam breafing sebelum manggung. Sambil menenteng kamera , aku pasang aksi memotret dekorasi panggung, anak-anak yang sedang berlari, anak-anak yang sedang gemetar demam panggung, dan,,,, anak yang dibonceng bapaknya menuju gerbang SD Tlogosari Kulon 05 ini. Tunggu,,, sepertinya aku mengenal siapa bapak itu, semangat mengayuh sepedanya luar biasa, anak kecil seumuran Bintang yang dibawa bapak itu juga sangat ceria , terus tersenyum kepada sang bapak. Semakin mendekat semakin jelas, bapak itu brewokan, seram namun pandanganya lembut. Tak salah lagi bapak itu adalah bapak yang aku temui di warnet tadi malam.
Aku masih ternganga melihat bapak itu, sepeda kebo yang dikayuhnya terlihat tua, bapak itu beralaskan sandal jepit, anaknya pun terlihat sederhana sama seperti tadi malam. Bapak itu memarkirkan sepedanya didekat tiang tempat parkir sepeda. Mulai mendekat  berjalan pelan menuju tempatku berdiri. Bapak itu tak sengaja memandangku dan,, akupun tersenyum pada bapak itu. Bapak itu mendekat dan mengucap salam.
“assalamualaikum, mbak,, mbak yang tadi malam kan? Senang bisa bertenu kembali. Tidak menyangka bisa bertemu di tempat ini.”
Aku menjawab salamnya dan menanyakan kabar bapak beserta anak itu. Oh iya, akhirnya aku ingat dan untungnya aku ingat untuk menanyakan siapa nama bapak itu beerta pula anaknya. Nama bapak itu sangat singkat , Sunaryo . anak laki-lakinya bernama Bima, Bima Adityatama lengkapnya. Umurnya sama dengan Bintang, bahkan satu kelas dengan adikku.
******************
Aku sangat beruntung bisa mengenal bapak Sunaryo, beliau sosok ayah yang tegar dan kuat mempertahankan nasib pendidikan anak semata wayangnya. Mereka hanya hidup berdua, karena istrinya sudah meninggal sejak melahirkan Bima. Kami duduk berdampingan, karena Bima juga siswa berprestasi, dia anak yang dibanggakan wali kelasnya karena kemahiranya dalam menceritakan sebuah cerita. Ternyata kejadian tadi malam adalah proses dari Bima yang berusaha untuk menampilkan cerita Nabi yang terbaik. Bima memilih cerita nabi Ibrahim.
“kenapa Bima memilih cerita nabi Ibrahim?” tanyaku kepada Bima dengan ramah.
“Oh, aku sangat suka Kak dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim itu kekasihnya Allah, Nabi Ibrahim mau mengorbankan apapun untuk Allah, termasuk anaknya , Nabi Ismail.” Jawabnya lugu
Sunggguh lucu sekali anak ini, cerdas dalam mengambil kesimpulan crita, aku jadi semakin tak sabar mendengar Bima “bertelling story”. Aku malah hampir lupa dengan adikku sendiri, Bintang sebentar lagi akan tampil.
Semua wali beserta para murid telah bersiap, mereka duduk dengan hening, menantikan MC acara naik panggung. Begitu MC naik panggung semua bertepuk tangan. Sambutan dari kepala sekolah, kemudian wali kelas setelah itu silih berganti pertunjukan tarian tradisional . tari kuda lumping oleh anak kelas tiga, mereka menampilkanya dengan sangat apik. Paduan suara dari kelas dua , menyanyikan lagu “ Hymne Guru”. Dilanjutkan dengan tarian kijang oleh anak-anak kelas satu. Dan inilah saat yang ditunggu-tunggu. Puisi yang akan dibacakan oleh Bintang. Bintang perlahan naik panggung , berjalan perlahan tapi tetap berwibawa, tangannya menggenggam secarik kertas, dan mulailah di berpuisi.
Untuk Guru
Karya : Bintang Abror
Guru
Kau adalah pembimbing kami
Ketika orang tua kami tak disekolah
Guru
Kau memilih mengabdikan diri
Untuk kami
Agar kami menjadi pintar dan tangguh
Guru
Kau mengajarkan kami
Arti orang tua
Arti sekolah
Arti pendidikan
Arti persahabatan
Dan arti kasih sayang seorang guru
Guru
Maafkan kami jika kami nakal
Maafkan kami jika tak menurut
Maafkan kami jika nanti kami lupa
Namun Guru
Kami tak akan lupakan dirimu
Karena engkau
Pahlawan tanpa tanda jasa kami

Suara tepuk tangan memecah kesenyapan sesaat ketika mereka mendengarkan puisi Bintang. Akupun tak menyangka, Bintang bisa membuat puisi sendiri. Ya puisi yang sangat mudah dipahami untuk ukuran anak SD, sangat sederhana namun yang membuat mereka terpukau adalah cara penyampaian puisi itu, dari ekspresinya yang membara semangat, tiba-tiba jadi sendu dan bersemangat lagi pada baris yang terakhir.
Ya dan tiba saatnya Bima bercerita. Dari belakang ayahnya tersenyum, berdiri dan mengepalkan tanganya,, dengan tak bersuara tapi berartikulasi , Bapak itu mengatakan “ Semangat Nak”. Bima mengangguk, dia menghela napas, dan mulai bercerita. Semua mimik wajahnya sangat bercerita, terus dia berulang-ulang mengayunkan tanganya, hingga sampai pada cerita,,
“kalau sampai malaikat terlambat sedikit saja, mungkin kita sebagai anak-anak akan dipenggal tiap tahunya, alhamdulillah, leherku masih disayang oleh ayahku” kalimat terakhir ini dia ceritakan sangat lugu, semua tertawa dan bertepuk tangan. Ayahnya menangis karena haru. Aku tersadar sekarang,aku malu dengan kebakhilanku,  uang Rp.17.600 tadi malam tidak sebanding dengan anak kebanggaanya yang sekarang berdiri dan mendapat sambutan dari banyak orang .
Allah Bless you
Read More.. Read More..

Semangat Kartini Oleh : Nisa Abroro


Perumpamaan indah sang wanita
Bagai mutiara dalam kerang
Sepi… sendiri
Tertutup cangkang kuat didalam renungan hati
Dalam kegelapan
Siapa yang tahu tentangnya
Keindahan mutiara
Yang tak pernah terjamah keutamaanya
Kecantikanya
Ketegaranya
Kekuatanya
Potensi dalam diri
Tak kunjung optimal
Jika tak diperjuangkan

Tapi,,,
Itu bukanlah kartini
Kartini tak ingin sia-sia
Dia mutiara yang ingin tunjukan cahayanya
Kartini wujudkan mimpinya
Mimpi sang wanita
Berjuang melawan ketidakadilan
Berjuang untuk persamaan hak
Berjuang untuk kesetaraan

Wahai wanita ,,, kau bisa tersenyum sekarang
Kelegaan hati bisa membaca
Bisa berfikir
Bisa berkreasi
Dengan insting wanitamu

Kartini tak lekang oleh waktu
Semangat berapi didadanya
Darah pahlawan mengalir dalam balutan kulitnya
Menganak sungai
Menyadarkan mereka
Bahwa
Wanita juga manusia

Jadilah wanita seutuhnya
Anggun karna santun
Pandai karna piawai
Cerdas namun tak memeras
Tangkas dengan kerja keras
Dan
Syukur dengan selalu bertafakur

Jangan siakan keringat kartini
Sang pioneer wanita
Perjuangan persamaan hak
Bangsa Indonesia

Semarang, 7 April 2010
Read More.. Read More..